Pemanfaatan AI oleh Yayasan Mitra Netra dan Universitas Terbuka

Pemanfaatan AI oleh Yayasan Mitra Netra dan Universitas Terbuka

Pendiri Yayasan Mitra Netra Bambang Basuki menuturkan, AI dimanfaatkan untuk membantu pengajaran pelajar dan guru untuk kebutuhan pembelajaran Bahasa Arab.

Produk yang dikasih nama Arabic Braille Converter ini bisa membantu untuk mengonversi teks Bahasa Arab dengan Harakat menjadi huruf braille Indonesia, dan semacam itu juga sebaliknya.

\\”Nah, kami tidak berkeinginan menuntut guru untuk belajar braille, itu tentu memerlukan waktu terlalu lama. Karenanya, kami memfasilitasinya dengan membuat software,\\” tutur Bambang memberikan penjelasan.

Software ini disebut diwujudkan dengan memanfaatkan GPT-4 Azure OpenAI Service. Yang menarik, berdasarkan Bambang, dari pemanfaatan AI ini adalah materi yang dipakai tidak cuma berbasis teks, tetapi juga teks yang berasal dari gambar.

\\”Software ini bisa dipakai untuk pesantren, madrasah, maupun juga tuna nitra biasa,\\” tuturnya melanjutkan.

Ada pula Universitas Terbuka yang memanfaatkan teknologi serupa sebagai chatbot untuk mendukung komunikasi antara mahasiswa dan dosen.

Dengan layanan asisten virtual ini, dosen bisa terbantu untuk https://phenixsalonsuitesmn.com/ memberikan evaluasi, umpan balik, termasuk saran pembenaran terhadap jawaban tertulis mahasiswa.

Dijelaskan, layanan ini hadir untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa. Sebab, komunikasi yang dikerjakan bisa berlaku dua arah dan real-time.

Solusi ini telah mendukung hingga 60.000 mahasiswa di beragam provinsi dengan jadwal yang bervariasi, sehingga bisa memastiakn jalan masuk pengajaran yang sama untuk segala.

Pemanfaatan AI oleh eFishery

Selain DANA dan Mitra Netra, pemanfaatan AI juga dikerjakan oleh startup eFishery. Startup yang bergerak di bidang akuakultur ini memanfaatkan Azure OpenAI Service untuk menghadirkan layanan AI generatif seperti chatbot bagi para pengguna layanannya.

Via layanan chatbot yang dikasih nama Mas Ahya, para pengguna layanan eFishery bisa mengajukan pertanyaan dan menerima jawaban dalam Bahasa yang mudah dimengerti. Malahan, pertanyaan yang diajukan bisa dikerjakan dalam Bahasa Jawa, selain Bahasa Indonesia dan Inggris.

\\”Jadi, pada dasarnya segala pembubidaya atau peternak itu bisa menjalankan konsultasi, termasuk menerima saran berkaitan apa yang perlu dikerjakan untuk aktivitas budidayanya,\\” tutur VP AIoT & Cultivation Intelligence eFishery Andri Yadi.

Melainkan Andri menuturkan, percakapan yang dikerjakan tidak cuma melulu soal kondisi tambak miliknya. Pengguna juga bisa menanyakan hal lain yang berkaitan dengan revenue dan profit.

Ia mengatakan, pengguna juga bisa menanyakan hal-hal lain seperti harga udang di hari tertentu. Jadi, pengguna bisa memperkirakan profit yang bisa didapatkannya saat memanen udang di sebuah wilayah dalam waktu tertentu.

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published.